Dosa Besarkah ini?

Sering kali kita dengar dari para orang tua dan ustadz tentang dosa besar dan dosa kecil yang ditimbulkan dari perbuatan maksiat. Ujung-ujungnya kita menjadi lebih takut dan berhati-hati pada dosa besar dan agak mengentengkan dosa kecil.

Nah, sekarang haruslah kita ketahui perbedaan keduanya menurut para ulama agar kita mampu menahan diri dari perbuatan maksiat apapun.

Dosa besar adalah suatu perbuatan yang diancam keras oleh Allah berupa murka-Nya, laknat-Nya, dan lain-lain. Hal ini adalah berdasarkan Al-Quran dan Hadits. Sedangkan sebaliknya adalah dosa kecil atau yang disebut dengan istilah lamam di dalam Al-Qur’an.

Dosa besar hanyalah akan terhapus apabila kita sungguh-sungguh bertobat dan memenuhi tiga syarat. Yaitu benar-benar menyesal, meninggalkan perbuatan maksiat tersebut, dan berniat untuk tak melakukannya lagi (nadm, iqla’, azm). Sedangkan dosa kecil bisa terhapus dengan istighfar atau perbuatan baik kita.

Para ulama berbeda pendapat dalam menggolongkan dosa besar dan dosa kecil. Ibnu Hajar al haitsami mengumpulkan berpuluh-puluh perbuatan maksiat yang termasuk dosa besar ke dalam kitab Zawajir. Begitu pula Adz Dzahabi mencatat 70 dosa besar dalam Kitabul Kabair.

Pada intinya mereka berijtihad disertai rasa waro’ agar kita jangan sampai terjerumus ke dalam perbuatan-perbuatan maksiat tersebut.

Menariknya, para sufi Bani Alawi justru memiliki pendapat yang berbeda. Habib Ali Alhabsyi di dalam Kunuzus Sa’adatil Abadiyah mengatakan bahwa beliau condong dengan pendapat Syech Abdul Aziz Ad Dabbaghi. Yaitu dosa besar adalah terputusnya hubungan makhluk dengan Allah (inqito’ ‘anillah) . Pernyataan ini didasarkan pada (istimbat) hadits Rosululloh, Tidaklah berzina seorang pezina dan dia dalam keadaan mukmin. Yaitu bahwa Allah mencabut keimanan orang tersebut seperti baju yang dicabut dari tubuhnya. Diriwayatkan pula seorang yang minum minuman keras dan mencuri

Pada intinya tidaklah seseorang berbuat maksiat kecuali Allah telah mencabut keimanan mereka…maka disitulah terputusnya hubungan antara makhluq dengan sang Kholiq.. na’udzubillah.

Maka dari perkataan Habib Ali dapat disimpulkan bahwa setiap perbuatan maksiat adalah dosa besar karena ketika itulah terputus hubungannya dengan Allah.

Habib Umar bin Hafidz pun sejalan dengan pernyataan beliau. Habib Umar pernah berkata, Yang menjadi masalah bukanlah besar atau kecilnya dosa, tetapi kepada siapakah kita bermaksiat? Baik itu dosa yang ringan atau berat, tetap saja yang kita langgar dan kita maksiati adalah ALLAH!

Permisalannya adalah seperti seseorang yang menjitak kepala orang yang seumur dengannya atau lebih kecil. Itu adalah perbuatan yang salah. Namun apabila kepala orang tua, pejabat, atau raja yang disentuh, lebih-lebih dijitak, pasti akan lebih salah! Begitu pula jika bermaksiat kepada Allah, dosa yang kecil pun menjadi dahsyat jika berurusan dengan Allah.

Alhasil, janganlah kita sekali-kali mengentengkan maksiat apapun. Karena kita tak tahu, mungkin saja di situ ada murka Allah. Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa Allah menyembunyikan 3 hal dalam 3 hal. Salah satunya adalah Allah menyembunyikan murka-Nya dalam perbuatan maksiat kepada-Nya

Astaghfirullah min jami’ adz adzunub.. kabiriha wa soghiriha.. amin

2 Tanggapan so far »

  1. 2

    hasim said,

    assalaamualaikum wr.wb.
    salam kenal ya, mohon ijin mau aku link kealamatku blogku http://hasimpci.wordpress.com/. makasih atas pencerahan dan infonya.


Comment RSS · TrackBack URI

Tinggalkan komentar