Doa Ketika di Suatu Majelis

Sabda Nabi Muhammad saw:
“Bila umatku hadiri suatu majelis, jangan sekali-kali tinggalkan majelis sebelum tiga kali baca doa (artinya): ‘Maha Suci Engkau, wahai Allah, dengan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau. Ampunilah dosa-dosaku dan terimalah taubatku.’ Jika majelis itu banyak kebaikan, doa tadi menyegelkan kebaikan. Jika majelis itu banyak keburukan, doa tadi jadi penghapus dosa-dosa selama di dalam majelis.”
{Diriwayatkan dari Abu Hurairah}

ABU YAZID al Busthami, seorang shalihin, lakukan munajat dengan sepenuh hati. Jiwanya sangat tenang, hatinya sangat sejuk dan akalnya membumbung bak ke Arsy. Memercik dalam perasaannya, kiranya di sinilah kedudukan Rasulullah saw. Semoga kelak aku bertetangga dengan beliau di surga. Lalu beberapa saat di dalam hati Abu Yazid terdesir seruan, ‘Hai Abu Yazid. Sungguh budak si Fulan yang bertempat tinggal di desa anu, kelak akan jadi tetanggamu di surga.” Desiran hati tersebut permenungan yang tak habis-habis bagi Abu Yazid. Ia bertolak hendak mencari keberadaan budak si Fulan.
Di sana Abu Yazid mencari. Orang-orang yang ditanyai memandangnya ganjil, “Kenapa engkau temui seorang fasiq yang tenggelam dalam minuman haram? Menilik cahaya wajahmu, tentulah kau ini termasuk orang shalih.” Bagaimana pun, keterangan orang-orang ini ciutkan semangat Abu Yazid, barangkali desiran hati itu dari bisikan setan. Ia hampir memutar badan kembali ke kampung halamannya. Tetapi, pikirnya, jauh sudah dan susah payah aku datang hingga sini, masak aku berbalik pulang padahal wajah budak itu belum kulihat. Abu Yazid putuskan lanjutkan pencarian, “Di manakah budak si Fulan berada kini?” Orang-orang menunjuk, “Sekarang dia di kerumunan orang minum-minum khamr itu.”

Abu Yazid melangkah ke tempat yang ditunjuk. Di sana, budak si Fulan duduk-duduk reriungan di antara empat puluhan orang yang mereguk khamr. Pencarian ini benar-benar sia-sia, Abu Yazid sangat kecewa. Ia kecele dan putuskan pulang. Abu Yazid putar badan.
Tiba-tiba, “Abu Yazid. Kenapa kau tidak singgah?”, budak si Fulan menegur, “Engkau berangkat dari tempat teramat jauh dan bersusah payah jalan hingga tempat ini hendak lihat tetanggamu kelak di surga. Berhasil bertemu, engkau malah balik tanpa mengucap salam, tanpa ada pembicaraan dan tanpa ada perjumpaan.” Abu Yazid terkejut.
Budak si Fulan cairkan kebingungannya, “Ya Abu Yazid. Engkau tidak perlu bingung kenapa aku bisa mengetahui kedatanganmu. Tak ada yang mencengangkan. Dzat yang gerakkan dirimu datang ke sini telah beri tahu diriku. Mari, masuk dan duduklah bersama kami barang sebentar.”
Abu Yazid memasuki majelis, canggung, “Ya Fulan. Ada apa dengan semua ini?” Si Fulan puin menerangkan, “Tidakkah kau tahu, masuk surga itu berombongan? Di sini dulu ada delapan puluh orang yang gemar reguk khamr. Aku bimbing mereka lalu empat puluh orang telah bertaubat tinggalkan kefasiqan ini. Mereka itulah teman-temanku kelak di surga. Kini tinggal empat puluh orang belum keluar dari kegemaran fasiq itu. Wahai tetanggaku di surga kelak, karena kau telah hadir di sini, giliran tugasmu bimbing mereka tercegah dari berbuat fasiq.”
Percakapan dua orang bertetanggaan di surga itu didengar empat puluh orang pemabuk yang ada. Mereka jadi tahu, orang yang baru datang itu ternyata Abu Yazid al Busthami, sang waliyullah. Kehadirannya bawa berkah besar, mereka segera bertaubat. Jumlah mereka sekarang delapan puluh dua orang, yang kelak bertetanggaan di surga. Majelis itu terhindarkan siksa Allah Ta’ala sebab Abu Yazid dan budak si Fulan tak pernah tinggalkan bacaan doa majelis seperti di ajarkan Rasulullah saw.

http://lidahwali.com/index.php?option=com_content&task=view&id=210&Itemid=9

Tinggalkan komentar